Sistem
reproduksi manusia
laki-laki
Sistem
reproduksi adalah suatu
rangkaian dan interaksi organ
dan zat dalam organisme
yang dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi pada suatu organisme
berbeda antara jantan
dan betina.
Sistem reproduksi pada perempuan berpusat di ovarium.
Alat reproduksi
pada pria a. Sepasang
testis, yang terbungkus dalam kantong skrotum, testis berfungsi sebagai
penghasil sperma dan hormon testosteron b. Sepasang epididimis, saluran panjang
berkelok-kelok terdapat di dalam skrotum
pada wanita ovarium
berfungsi menghasilkan ovum dan hormon (estrogen dan progestron) jika sel telur
pada ovarium telah masak, akan dilepaskan dari ovarium, pelepasan telur dari
ovarium disebut ovulasi
Artikel bertopik anatomi ini
adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan
mengembangkannya.
|
Penatalaksanaan gangguan sistem reproduksi
Seorang wanita yang mengalami keluhan
sehubungan dengan alat reproduksinya akan merasa cemas, gelisah dan malu untuk
mengungkapkan kepada tenaga medis.
Dalam menghadapi pasien yang demikian, sikap seorang tenaga medis sebaiknya sabar, pengertian dan menimbulkan
kepercayaan. Simptomatologi penyakit
ginekologik sebagian
besar berkisar pada gejala 1) perdarahan ; 2) rasa nyeri ; dan 3) pembengkakan.
Anamnesa dan Pemeriksaan Umum/ Khusus
Anamnesa meliputi :
- Riwayat penyakit umum; apakah penderita pernah menderita penyakit berat, TBC, jantung, ginjal, kelainan darah, diabetus melitus dan kelainan jiwa. Riwayat operasi non ginekologik seperti strumektomi, mammektomi, appendektomi, dan lain-lain.
- Riwayat obstetrik; perlu diketahui riwayat kehamilan sebelumnya, apakah pernah mengalami keguguran, partus secara spontan normal atau partus dengan tindakan, dan bagaimana keadaan anaknya. Adakah infeksi nifas dan riwayat kuretase yang dapat menjadi sumber infeksi panggul dan kemandulan.
- Riwayat ginekologik; riwayat penyakit/ kelainan ginekologik dan pengobatannya, khususnya operasi yang pernah dialami.
- Riwayat haid; perlu diketahui riwayat menarche, siklus haid teratur atau tidak, banyaknya darah yang keluar, lamanya haid, disertai rasa nyeri atau tidak, dan menopause. Perlu ditanyakan haid terakhir yang masih normal.
- Keluhan utama; keluhan yang dialami pasien sekarang.
- Riwayat keluarga berencana; riwayat pemakaian alat kontrasepsi apakah pasien menggunakan kontrasepsi alami dengan atau tanpa alat, hormonal, non hormonal maupun kontrasepsi mantap.
- Riwayat penyakit keluarga; perlu ditanyakan apakah keluarga pasien ada yang memiliki penyakit berat atau kronis.
Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum meliputi :
- Kesan umum; apakah tampak sakit, bagaimanakah kesadarannya, apakah tampak pucat, mengeluh kesakitan di daerah abdomen.
- Pemeriksaan tanda vital; periksa tekanan darah, nadi, dan suhu.
- Pemeriksaan penunjang; pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus.
Pemeriksaan Khusus
Merupakan pemeriksaan ginekologik. Agar diperoleh
hasil yang baik maka posisi pasien dan alat-alat yang digunakan juga
menentukan.Adapun posisi yang digunakan adalah posisi litotomi, miring dan sims.
Pemeriksaan khusus meliputi
:
- Pemeriksaan Abdomen, terdiri dari : a) Inspeksi yaitu memperhatikan bentuk, pembesaran (mengarah pada kehamilan, tumor maupun asites), pergerakan pernafasan, kondisi kulit (tebal, mengkilat, keriput, striae, pigmentasi). b) Palpasi – Sebelum pemeriksaan, kandung kencing dan rektum sebaiknya dalam keadaan kosong.Untuk mengetahui besar tumor, tinggi fundus uteri, permukaan tumor, adanya gerakan janin, tanda cairan bebas, apakah pada perabaan terasa sakit. c) Perkusi – Untuk mendengar gas dalam usus, menentukan pembesaran tumor, terdapat cairan bebas dalam kavum abdomen dan perasaan sakit saat diketok. d) Auskultasi – Pemeriksaan bising usus, gerakan janin maupun denyut jantung janin.
- Payudara – mempunyai arti penting sehubungan dengan diagnostik kelainan endokrin, kehamilan dan karsinoma mammae.
- Alat Genetalia Luar, terdiri dari : a) Inspeksi vulva – Pengeluaran cairan atau darah dari liang senggama, ada perlukaan pada vulva, adakah pertumbuhan kondiloma akuminata, kista bartholini, abses bartholini maupun fibroma pada labia, perhatikan bentuk dan warna, adakah kelainan pada rerineum dan anus. b) Palpasi vulva – Teraba tumor, benjolan maupun pembengkakan pada kelenjar bartholini.
- Pemeriksaan Inspekulo, terdiri dari : a) Pemeriksaan vagina – Adakah ulkus, pembengkakan atau cairan dalam vagina; adakah benjolan pada vagina. b) Pemeriksaan porsio uteri – Adakah perlukaan, apakah tertutup oleh cairan/ lendir, apakah mudah berdarah dan terdapat kelainan. c) Pengambilan cairan berasal dari ulkus vagina dan porsio uteri – Pemeriksaan bakteriologis, pemeriksaan jamur dan pemeriksaan sitologi.
- Pemeriksaan Dalam – Pemeriksaan dalam untuk menentukan : a) Rahim – Bagaimana posisi rahim, besar, pergerakan, dan konsistensi rahim, apakah ada nyeri saat pemeriksaan. b) Adneksa (daerah kanan kiri rahim) – Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggerakkan jari yang berada didalam fornix lateral dan tangan yang ada diluar bergerak ke samping uterus. c) Forniks posterior (kavum douglas) – Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah terdapat nanah (infeksi) dan apakah forniks menonjol akibat perdarahan kavum abdominalis.
- Pemeriksaan Rectal – Pemeriksaan rectal dilakukan pada wanita yang belum coitus, pada kelainan bawaan seperti atresia himenalis atau vaginalis, hymen rigidus dan vaginismus. Caranya: jari telunjuk dimasukkan ke dalam rectal, tangan luar diletakkan di atas sympisis.
- Pemeriksaan Rectovaginal – Pemeriksaan rectovaginal digunakan pada proses-proses dibelakang dan kiri kanan dari uterus (parametrium) seperti infiltrat dan tumor. Caranya: jari telunjuk dimasukkan ke dalam vagina sedangkan jari tengah ke dalam rectum.
- Pemeriksaan Penunjang – Seperti sonografi transveginal, histeroskopi maupun tindakan operatif lain.
Kesimpulan
Setelah dilakukan anamnesa sampai pemeriksaan, maka dapat
ditarik suatu kesimpulan atau diagnosis
: kehamilan, penyakit kandungan, infeksi dan perdarahan tanpa sebab.
Terapi
Terapi diberikan sesuai dengan diagnosis atau kesimpulan yang
didapatkan. Sebagai Bidan memberikan KIE
– motivasi untuk pemeriksaan, melakukan
rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
(puskesmas, dokter spesialis, rumah sakit)
dan menerima pengawasan
lebih lanjut.
Konseling merupakan proses pemberian informasi yang objektif dan
lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan komunikasi
interpersonal, teknik
bimbingan dan penguasaan pengetahuan
klinik yang bertujuan membantu klien
mengenali kondisi dan masalahnya serta memberikan jalan keluar dalam mengatasi
permsalahannya.
Tahapan pemberian konseling terbagi dalam konseling awal, konseling khusus atau pemantapan
dan konseling kunjungan ulang. Konseling dalam pemeriksaan ginekologik, klien berhak memilih dan membuat keputusan tentang penatalaksanaan klinik
yang diyakininya kemudian disepakati dalam persetujuan tertulis/ informed consent oleh
kedua belah pihak (tenaga kesehatan
dengan klien).
Persiapan Pre Operatif
Pada pembedahan elektif dilakukan pemeriksaan seteliti mungkin
untuk membuat diagnosis penyakit yang tepat dan untuk
menilai kondisi pasien. Persiapan operasi pada keadaan darurat tentunya tidak
selengkap dengan operasi yang terjadwal, namun demikian hal-hal yang esensial
tetap dilakukan.
Pada malam sebelum operasi, pasien
dipuasakan sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi dilakukan. Pemberian
pramedikasi diberikan dan diatur oleh ahli anestesi.
Perawatan Post Operatif
- Kehilangan darah dan air yang menyebabkan berkurangnya volume cairan dalam sirkulasi.
- Diuresis pasca operasi berkurang, beberapa hari kemudian akan normal kembali.
- Terjadi penghancuran protein jaringan, ekskresi kalsium meningkat, sedang pengeluaran natrium dan klorida berkurang.
Setelah operasi selesai, pasien tida
boleh ditinggalkan sampai ia sadar. Harus dijaga jalan pernafasannya tetap
terjaga.
Komplikasi-Komplikasi Pasca Operasi :
- Syok – Terjadi karena insufisiensi akut dari system sirkulasi dengan sel-sel jaringan tidak mendapat makanan dan O2 dengan akibat terjadi kematian. Penyebab syok dari hemoragi, sepsis, neurogenik dan kardiogenik dll.
- Hemoragi – Timbul bisa karena ikatan terlepas atau karena usaha penghentian darah kurang sempurna.
- Gangguan jalan kencing – Retensio urin, infeksi jalan kencing sering terjadi pada pasien pasca operasi.
- Infeksi
- Distensi perut – Perut terasa kembung, tetapi setelah flaktus keadaan perut menjadi normal.
- Terbukanya luka operasi dan eviserasi – Sebab terbukanya jahitan luka operasi karena luka tidak dijahit dengan sempurna.
- Tromboflebitis – Jarang terjadi, hal ini bersangkutan dengan radang dan sebagai tombosis tanpa tanpa tanda radang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar